Monday, August 6, 2012

Untitled

Dia gadis kecil yang sangat ceria, dia menikmati masa kanak-kanaknya dengan gembira, dia lincah, dia suka menghabiskan kesehariannya untuk bermain seperti umumnya anak-anak kecil yang lain. Gadis kecil itu bernama Alia. Siang itu seorang wanita mengantarnya ke sebuah langgar ( istilah ini dulu lebih populer digunakan sebagai kata ganti "musholla" di jaman sekarang ). "Alia...." teriak wanita itu sambil menyiapkan sepedanya untuk segera bergegas mengantar gadis kecil kesayangannya. Alia nampak terburu-buru memakai baju serta mempersiapkan Iqro' dan buku tulis yang harus dibawanya. Alia keluar dan segera meraih tangan wanita itu seraya berkata " ayo bu... aku sudah siap". Wanita itu tersenyum palsu. Mungkin dari luar dia tersenyum manis, namun hatinya sungguh teriris-iris.
Sesampainya di langgar, Alia turun dari sepeda dan berpamitan kepada wanita itu. Tanpa sepatah katapun keluar dari bibir wanita itu, dia langsung bergegas mengayuh sepedanya untuk segera kembali ke rumah.
Entah hal apa yang tiba-tiba membuat wanita itu menjadi berubah dan terdiam untuk beberapa saat.
Alia termasuk salah satu murid yang dapat mengaji dengan lancar dan baik. Dia selalu senang setiap kali mendapat pujian dari pak Suratin. Beliau merupakan guru besar di langgar itu. Beliau selalu mendidik murid-muridnya dengan tegas, disiplin dan bertanggungjawab dengan tujuan agar semua anak didiknya dapat berhasil seperti apa yang dia harapkan. Akinat pujian itu, Aliapun menjadi semangat dan terpacu untuk bisa mengaji lebih baik lagi.
Pukul 17.00, wanita itu melihat jam dinding dan mulai menjalankan rutinitasnya kembali untuk menjemput Alia sepulangnya mengaji. Wanita itu sangat menyayangi Alia, ikhlas, sabar, tanpa pamrih, menanamkan nilai-nilai pendidikan, moral, keagamaan dan senantiasa menjadi motivator bagi Alia.Wanita itu memiliki 3 keturunan. 2 diantaranya putri, dan 1 putra. Dia bekerja mengabdikan dirinya menjadi guru di salah satu Sekolah Dasar yang letaknya tidak jauh dari rumah, serta suaminya bekerja sebagai guru di salah satu Sekolah Menengah Pertama.
Pasangan suami istri itu hidup sederhana dan sangat harmonis. Alia nyaman dan bahagia tinggal bersama mereka. Alia belum tau apa yang sebenarnya terjadi.
Alia bersekolah disebuah Taman Kanak-kanak yang berada tidak jauh dari tempat wanita itu mengajar, sehingga setiap hari wanita itu tidak merasa keberatan mengantar jemput Alia ke sekolah. Alia sangat bahagia dan ceria menjalani hari-harinya. Dia berharap kondisi ini tidak akan pernah berubah selamanya. Sungguh, dia merasa sangat beruntung bisa berada ditengah-tengah keluarga yang begitu menyayanginya.
Suatu siang..Alia terkejut dan kemudian terbangun dari tidur siangnya. Dia nampak heran memandang sepasang laki-laki dan perempuan yang terlihat begitu sayang dan seperti sudah lama mengenalnya. Dia hanya bisa diam beberapa saat. Kemudian laki-laki itu berkata "Alia... sudah pulang sekolah ya? bagaimana sekolahnya?" dengan wajah polos Alia kembali bertanya "kalian siapa?" Alia justru mengabaikan pertanyaan mereka. Sepasang lelaki dan perempuan itu saling memandang dan nampak bingung dengan pertanyaan Alia. Kemudian Alia bergegas keluar kamar dan berlari menemui ibunya. " Ibu..itu ada siapa? Aku takut.." tanya Alia. Wanita itu mengatakan dengan berat hati.. " Itu ibu dan bapakmu nak.. kamu dijemput untuk ikut pulang bersama mereka". Alia terdiam sesaat dan menangis dipelukan wanita itu. Selama ini yang dia tahu, wanita itulah ibunya, wanita itu yang mengandungnya, wanita itu yang membesarkannya, dan wanita itulah yang sangat-sangat menyayangi dan menjaganya. Namun takdir bukan demikian, ternyata Alia hanyalah keponakan dari wanita itu. Sewaktu kecil, Alia memang sengaja dititipkan kepada budenya ( bude adalah sebutan dalam bahasa jawa yaitu panggilan kepada kakak wanita dari orang tua kita ). Orangtuanya menitipkan Alia karena kondisi ekonomi yang kurang dan pas-pasan pada saat itu, belum lagi ditambah kelahiran adik Alia yang jaraknya hampir berdekatan dengan Alia. Maklum, saat itu orangtua Alia hanya bekerja sebagai guru honorer disebuah sekolah yang penghasilannya tidak bisa diandalkan. Untuk keperluan sehari-hari saja terkadang cukup, bahkan terkadang juga kurang. Itu sebabnya, orangtua Alia terpaksa menitipkan dia ke kakak tertuanya dalam jangka sementara, dan mereka berjanji untuk mengambil kembali Alia ketika keadaan/kondisi sudah mulai membaik.  Namun, Alia tetap bersikeras untuk menolak ikut orangtuanya. Dia menangis karena tidak ingin berpisah dan kehilangan wanita yang selama ini sudah dianggap ibunya sendiri. Berbagai usaha dan cara telah dilakukan orangtua Alia untuk membujuk dia untuk ikut dan kembali pada mereka, mulai dari iming-iming berupa pergi ke mall, membeli beberapa baju, mainan baru, tas baru, boneka baru, dan lain-lain.. tapi tetap saja itu semua tidak mampu mengubah niat Alia untuk pergi dan ikut bersama orangtuanya.
Alia kembali mendekap erat budenya. Wanita itu hanya pasrah dalam dekapan gadis kecil yang amat menyayanginya, mungkin ia menahan tangis dan menjerit dalam hati kecilnya, tapi apa daya dia tidak punya hak apa-apa karena memang fakta telah ada dihadapannya, ya... fakta bahwa dihadapannya saat ini adalah adik kandungnya sekaligus orangtua dari gadis kecil yang sangat dicintainya itu. Dia hanya bersikap pasrah dan ikhlas, karena memang Alia bukan miliknya, bukan pula darah dagingnya.
Beberapa jam berlalu, wanita itu dengan sangat bijak dan hormat meminta orangtua Alia untuk berdiskusi sejenak. Entah apa yang dibicarakan mereka, Aliapun tak tau. Yang jelas, perasaan senang dan aman terlihat dari senyum kecil yang ia tunjukkan diteras rumah mungil yang begitu mungil, sejuk dan asri. Alia berharap bahwa dia akan tetap selamanya berada dirumah itu tanpa ada lagi yang memaksanya untuk pergi...
Tapi ternyata itu hanyalah asa yang hanya ada dalam angan-angan, seminggu setelah kejadian itu............
( To be continue...... )

No comments:

Post a Comment